Menilik Eksotisme Air Terjun yang Tersembunyi di Balik Pegunungan
Ups iya kita berdua semalem nginep di rumah temenku tepatnya di daerah Gondanglegi, Malang yang berjarak sekitar 1,5jam dari pantai. Akibat kurang tidur muka kita jadi kusut bagai cucian kering belum disetrika, dan rasa lelah sudah tak bisa dikondisikan lagi. Syukurlah kita punya temen baik hati yang mau kita tumpangi untuk istirahat sejenak
Mau tau air terjun apa yang akan kita datangi? Clue-nya, air terjun itu berada dibalik gunung, butuh waktu sekitar 1,5 sampai 2jam untuk mendaki, lokasinya berada di desa Pujon kab.Malang. Hayo udah pada nebak-nebak kan.. Karna tak mau kesiangan kita berangkat dari rumah temenku jam 7 pagi. Perjalanan ke kota kurang lebih satu jam. Ekspektasi yang ada di kepala kita jam 8 udah sampai kota terus lanjut ke desa tempat air terjun berada kira-kira memakan waktu 1,5 jam (dari alun-alun Malang) kalau tidak macet. Paling tidak jam 9.30 atau lebih dikit kita sampai dilokasi agar perjalanan mendaki tidak keburu siang bolong.
Okeh tancap gas lancar jaya melewati jalan Hayam Wuruk, jalurnya mudah diingat karna hanya lurus stay di jalan raya besar hingga sampai di daerah Bululawang, ada ponpes AN-NUR, pasar Bululawang (2 tempat itu yang aku hafal karna udah sering lewat situ hehehe) sampai di jl Kolonel Sugiono udah deket alun-alun Malang. Ponselku terus berdering ternyata dua temenku yang dari Surabaya udah on the way ke lokasi air terjun, okelah wait me(us) yah..
Ketika sampai alun-alun Malang kita cari jalan untuk ke arah desa Pujon. Awalnya lancar saja kita lewat jalan Kawi melewati Universitas Negeri Malang, lanjut lewat jl Tlogomas, Universitas Muhammadiyah Malang, Sengkaling masih lurus. Jalur sudah mulai padat. Rupanya banyak yang ingin berwisata ke kota Batu. Semakin ke depan semakin merayap jalannya. Waduh aku mulai gusar. Hingga kita sampai di depan Lippo Plaza Batu ternyata jalan dialihkan belok kiri ke jl Sultan Agung (arah Museum Angkut) karna tampaknya jalan sekitar alun-alun Batu sudah sesak.Setali tiga uang, sama saja lewat sini juga harus gas rem gas rem mulu kepanasan kayak cacing kita yang motoran. Bapak-bapak yang mengendarai mobil disebelahku yang bermuatan sekeluarga bertanya, "Mbak ini kalau mau ke Museum Angkut masih lurus ya?" "Iya pak nanti di depan belok kanan terus lurus aja udah sampai Museum." (untung Museum udah deket, kalau enggak bisa jerit-jerit anaknya didalem, mungkin).
Benar-benar keluar dari jalur rencana kita. Benar saja kota Batu dijuluki kota wisata, lihat saja pas tanggal merah tempat wisata yang mainstream pasti berjubel. Setelah kira-kira sejam lebih bergelut sama terik matahari sampai-sampai kesulitan merasakan hawa kota Batu yang biasanya adem ayem akhirnya kita terlepas dari kemacetan ambil jalan Panglima Sudirman, arah ke Songggoriti lurus terus mengikuti jalan. Baru terasa hawa ademnya ketika kita sampai di jalan Trunojoyo yang berkelok-kelok. Diujung jalan kita akan ketemu patung Sapi (itu adalah patokan paling gampang hehe) dan dihadapkan dengan persimpangan jalan yang kalau ke kiri berarti ke arah Coban Rondo yang terkenal deras, tinggi dan cantik itu, tapi kita ambil kanan jalan pelan aja karna kita akan langsung belok kiri di belokan pertama di jalan Beringin. Masuk perkampungan ikuti terus jalan aspal kalau bingung tanya warga setempat biar lebih jelas.
Nah ini petualangan dimulai. Btw udah ketebak belum air terjun apa yang mau kita jamah? Yap betul betul betul.. AIR TERJUN SUMBER PITU atau biasa juga disebut GROJOGAN PITU tapi jangan salah sangka ya di Malang ini ada dua coban yang namanya Sumber Pitu. Yang satu disini yang satu lagi di daerah Duwet, Krajan yang tak jauh dari lokasi Coban Pelangi. Tapi jaraknya cukup jauh dari sini makanya simak petunjuk jalan diatas hehehe.. Sampai di pintu masuk, bukan semacam pintu masuk sih makanya banyak-banyak bertanya biar gak kebablasan kayak kita. Masuk perkampungan (aku lupa namanya maaf yah..) pas pulang kita baru sadar ada lahan luas disitu yang emang disewakan untuk parkir kendaraan kalau tidak mau kendaraan kamu keluar-keluar udah kayak abis kena lumpur hisap. Kalian bisa pilih mau naik ojek off road yang memang disediakan anak muda sekitar untuk menuju pintu masuk air terjun atau berjuang sendiri pakai motor kalian (saya sarankan kalau bawa mobil parkir sini aja karna jalan yang nanti dilalui off road dan cukup sempit untuk ukuran mobil) atau yang lebih sehat jalan santai alias jalan kaki dengan jarak tempuh kurang lebih 2km itupun baru sampai di parkir atas aja belum ke air terjunnya. Per orang dikenakan tarif 10ribu rupiah untuk biaya masuk, itu belum parkir ya.
Kita berdua nekat bawa motor (padahal kita pakai matic) ke atas karna belum tau medannya kayak apa. Pertama kita akan disambut dengan jalan makadam alias berbatu-batu. It's okay masih bisa diatasi aku percayakan semua sama temenku hehe. Kita ketemu sama bapak-bapak dan nanya apa bener ini jalan menuju air terjun? kok gak ada tanda-tandanya? Ternyata bener kata si bapak masih jauh mbak masih 6km lagi......(whatt??) Baiklah maju terus pantang mundur! Masak kalah sama bapak itu sama rombongan yang jauh-jauh dari Kalimantan ikutan acara jalan sehat disini. Baru jalan 300 meteran kita berjumpa dengan jalan tanah yang becek bekas hujan. Nahlo ban kita tergelincir jatuh deh kita miring-miring. Dengan sudah payah kita tuntun-naik-tuntun-naik lagi sampai ke atas ketemu jalan batu lagi. Susahnya minta ampun motor kita jalannya meliuk-liuk kayak penari ular. Alhamdulillah wasyukurilah tak lama kami ditemukan eh ketemu maksutnya sama seorang cowok bermotor yang motornya udah dimodif jadi motor off road. Dia nawarin tumpangan (baik banget pikirku) yaudah aku yang numpang temenku yang bawa motor (jahatnya aku tapi gapapa setidaknya beban temenku berkurang kan). Dengan gesit si cowok ini mengendarai motornya mungkin udah terbiasa lewat jalan kayak gini kali ya. Kasian temenku dibelakang berjuang aku kasih semangat dari depan hehehe.
Tak sampai 15 menit kita sampai di parkiran atas. Di atas ada lahan buat parkir bisa juga buat camping ground dan ada beberapa warung disana, untunglah ada toilet juga. Setelah mengucapkan terimakasih sama si cowok tadi aku ditawarin nanti baliknya dijemput apa enggak. (Bentar, aku kira dia tadi dewa penyelamat taunya mas-mas ojek). Inget medan yang tidak memungkinkan seperti itu okelah tolong jemput aja dan dia kasih nomer ke aku.
Dari sini kita harus jalan,bukan tapi mendaki dan melewati hutan untuk sampai ke air terjunnya. Kurang lebih sejauh 4km dengan kemiringan sampai 45 derajat dan menempuh waktu sekitar 1,5jam (dengan istirahat 5-10 menit tiap kilo hahaha)
on the way |
kita diantara pegunungan |
Jalannya terus naik kalau capek ngos-ngosan istirahat aja dulu jangan lupa bawa minum. Kalau bawa cemilan buang sampah ditempatnya ya, udah disediakan tempat sampah kok.
ngatur nafas dulu |
Setelah berjuang hampir 2jam akhirnya kita mendengar suara gemercik air, suara air jatuh. Yes kita sudah dekat. Pasti kalian girang dan sudah tak sabar ingin cepat sampai. Tapi ingat jangan buru-buru kita harus jalan turun sekarang untuk bisa sampai di lokasi kurang lebih 200 meter tapi ini jalannya curam dan banyak semak belukar ditambah lagi tanah yang basah bisa jadi karna bekas atau jejak orang-orang yang sudah naik.
Taraaa inilah dia.. sampailah kita di sungai aliran air terjun. Rupanya teman kita dua orang sudah menunggu sejak tadi (ya maap kan maceet). Sayangnya mereka sudah naik turun terlebih dahulu dan sekarang duduk manis di dekat sungai sambil nunggu kita hahaha.. kasian mereka sampai kedinginan main air terus.
coban siji |
shower alami mungkin yang belum mandi ehh |
mashaAllah segerrnyaa |
fokus orang apa backgroundnya? |
Coban 7 |
menawan kan...... |
kalau kesana itung sendiri airnya yang terjun yah |
kita berempat |
Sesampainya di tempat parkir yang tadi kita istirahat sejenak bersih-bersih dan cari makan minum di warung, laper. Karna tadi udah janjian sama mas ojek aku coba sms telpon eh gak ada sinyal, lupa kalau lagi di hutan. Untungnya disana masih ada ojek yang lain. Okay kita meluncur. Aku lupa tarif ojeknya berapa. Antara 10 sampai 20ribu sepertinya.
Di tengah perjalanan temenku, mbak asna hampir jatuh lagi. Secara treknya turun kalau direm bisa kegelincir lagi itu ban. Dan untung lagi ada mas-mas ojek yang lain yang kebetulan lewat papasan sama kita. Akhirnya boncengan deh mereka berdua pakai motor kita. Motornya dia ditaruh dipinggir hutan, aman kali ya kan itu wilayah mereka sehari-hari. Bener-bener dah jalannya yang batu yang tanah liat yang tanah becek. Masnya bilang tadi abis ujan makanya becek gini. (Loh padahal tadi diatas gak ujan lo cuman mendung aja sih) Aku saranin ya kalau kalian cewek-cewek mending ngojek aja kalau enggak jalan sehat aja deh daripada naik sendiri sama motor medannya susah soalnya. Kalau sama cowok sih gapapa asal lihai bawa motornya.
Tak sampai setengah jam kita sudah ada di pos pertama atau di parkir bawah. Buset motor kita bagaikan abis bajak sawah. Tebel banget lumpurnya di ban. Mana tadi nyiprat semua ke celana, ke sandal, ke tas aduuh jadi pengen mandi. Eh ternyata mas-mas ojek yang pertama tadi sms. Dia bilang gak bisa jemput soalnya lagi kerja terus dia suruh temennya buat jemput (yaampun perhatian banget mas ojek penyelamat inih wkwk)
Jam sudah menunjukkan hampir pukul 5 sore. Temenku yang berpasangan itu harus cepet-cepet balik ke Surabaya soalnya udah ditungguin orang rumah. Lagian besok pagi kerja yaudah kita barengan. Karna diburu waktu dan menghindari kemacetan yang selalu terjadi di daerah Lawang kita memutuskan untuk lewat Cangar yang nanti langsung tembus di daerah Pacet, Mojokerto jadi gak perlu lewat jalan raya Surabaya-Malang. Dan tau sendiri kan, Cangar? jalan alternatif yang naik turun berkelok-kelok kanan kiri dengan tikungannya yang tajam, kanan kiri lereng perkebunan, lalu menembus hutan yang gak ada penerangan selain lampu kendaraan yang lewat. Maka dari itu kita tancap gas sebelum gelap ketika memasuki hutan.
Senja dan gerimis. Jalanan aspal mulus basah terkena rintikan gerimis. Tapi kita terus memacu kendaraan kita. Sampai di satu tikungan sebelum pintu masuk pemandian air panas Cangar, karena pas tikungan itu jalannya turun, mbak asna mengerem motor kita. Keadaan ban yang tadi kena lumpur (meski sudah dibersihkan tetap ada sisa) ditambah jalan aspal yang basah dan rem yang gak seberapa cakram sulit untuk memperlambat laju motor. Alhasil sroot brak kita jatuh lagi.. (astagfirullah) Alhamdulillah di dekatnya ada pemukiman penduduk dan ada warga yang sedang berada di depan rumah. Begitu melihat kita terjatuh mereka langsung menolong kita. Dan syukurlah jalanan sepi gak ada kendaraan di belakang kita. Alhamdulillah juga sebelah kiri kita bukan lereng ataupun jurang, tapi masih lahan kosong (alhamdulillah ya Allah..)
Buah-buahan yang ada ditanganku yang tadi sempat kita beli sebagian terjatuh dan ada yang rusak hehehe mungkin ini teguran dari Allah, mau magrib lebih baik berhenti dulu sholat dan jangan buru-buru lewat jalanan seperti itu apalagi dengan kondisi ban seperti itu. Hmmm
Kita melanjutkan jalan kita dengan sangat hati-hati. Pas masuk hutan suasana sudah gelap. Hanya lampu kendaraan kita dan kendaraan orang-orang yang lewat yang kita andalkan. Tapi alhamdulilah kita selamat sampai rumah.
Sekian ya ceritanya besok lagi..
Ini tips yaa
* Lebih baik bertanya kalau tidak tau medan
* Jangan lupa bawa sandal hehe
* Lebih baik jangan pakai motor matic kesini
* Buru-buru boleh tapi lihat situasi dan kondisi yah
* Berhentilah sejenak saat senja dan mendekati magrib
* Kosongkan memori perangkat kalian karna sayang kalau fotonya gak banyak hehehe
Dijamin gak nyesel kesini meski medannya biyuh berat gitu tapi semua rasa lelah bakal hilang kalau kita udah ada di bawah air terjunnya :))
Salam traveling, terimakasii.....
Komentar
Posting Komentar