Halo November!



Hai November..
     Senang bisa bertemu lagi. Alhamdulilah Tuhan masih mengijinkannya.
Sebenarnya ini bukan bulanku. Bukan bulan kelahiran, bukan pula bulan anniversary. Tapi sudah sejak dua tahun lalu aku selalu menantikan bulan november. Bukan tanpa harapan aku menantinya. Satu hal yang kuingin sejak aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melewati bulan november bersamamu. Berada disisimu di hari ulang tahunmu. Dihari kamu dilahirkan. Kedengarannya norak ya tapi bagiku itu berkesan. Tak penting dengan perayaanya yang terpenting do'a yang terpanjatkan untukmu agar kau selalu ingat untuk menjadi seorang yang lebih baik lagi dari yang lalu.

     Dua tahun lalu. Bulan november. Aku benar-benar iri. Iya, aku iri padanya. Pacar kamu, yang sedang bingung memilihkan kado untukmu. Tentu saja aku mengerti bagaimana perasaannya yang sedang benar-benar bahagia. Bisa memilikimu seutuhnya, bisa berada disisimu dihari spesialmu. Berbanding terbalik denganku. Saat itupun aku juga punya pacar. Dan akan berulang tahun juga dalam waktu dekat. Sama dengan pacarmu akupun juga sedang berburu kado untuk dia. Bahkan aku juga merencanakan surprise untuknya bersama teman-temannya. Mungkin terlihat sempurna dimata orang lain. Tapi tak bisa kupungkiri, aku tak bisa merasakan apa yang dirasakan pacarmu. Aku tak bisa membohongi hatiku sendiri. Aku tak menemukan perasaan bahagia yang utuh disana.

     Setahun lalu. Masih di bulan november. Dan sekali lagi aku iri. Dengan pacarmu lagi, bukan yang dulu tapi yang sekarang. Aku tahu kamu punya pacar baru setelah sebulan aku juga punya pacar baru. Aku masih tak habis pikir dengan hal yang terjadi diantara kita. Padahal beberapa bulan lalu kita sempat dekat, kita saling perhatian, kita saling mengisi. Inilah perasaan yang aku maksud. Bahagia yang murni dari hati tanpa dibuat-buat. Merasakan kedekatan kita yang semakin intens aku pikir aku bisa berada disisimu dan berganti status menjadi pacarmu. Dan tentu saja kupikir kita bisa melewati bulan november nanti dengan bahagia. Tapi ternyata aku salah. Akupun masih tak mengerti dengan apa yang memisahkan kita, membuat kita jauh, semakin jauh sampai seperti tak pernah ada sesuatu antara kita. Hanya kesedihan dan kesepian yang tersisa. Mungkin dengan memiliki pacar baru aku bisa mengusir kesepian ini. Ternyata iya bisa, aku tak lagi kesepian tapi hatiku yang masih merasa sepi, kosong. Kedengarannya jahat tapi aku tak pernah bermaksud mematahkan hati seseorang. Mungkin ini hanya usahaku untuk mengalihkan perhatianku darimu. Tapi tak pernah berhasil. Aku masih bisa mengetahui kalau pacarmu sudah repot-repot mempersiapkan segala sesuatu untuk memberimu kejutan. Dan ternyata tidak berhasil. Dia kecewa, aku bisa merasakannya. Sampai akhirnya kau memutuskan hubungan dengannya setelah seminggu aku juga memutuskan hubunganku dengan pacarku. Hei bukankah ini kebetulan yang lucu?

     Aku membebaskan hatiku dari segala hal yang membuatnya sedih. Aku tak lagi memikirkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan cinta. Aku fokus dengan apa yang kujalani sekarang, dengan hidupku sekarang. Susah payah aku belajar menerima kenyataan. Melepaskan, merelakan, mengikhlaskan sesuatu yang tak berhak kumiliki. Meski tak jarang hati ini merindukannya. Kuakui aku mencintainya, dalam diam. Waktu yang terus berjalan ternyata tak mampu menghapus perasaan ini. Aku hanya menyimpannya dalam hati. Merasakannya sendiri dengan satu keyakinan dan harapan. Suatu saat dia akan mengerti.

     Setengah tahun lebih berlalu. Aku asik dengan duniaku, kau pun asik dengan duniamu. Kita tak pernah berkomunikasi hanya sesekali kau menanyakan kabarku. Tentu saja aku kaget tapi tak terlalu kutanggapi. Aku tak mau mengusik hatiku yang sudah tenang.
Beberapa bulan kemudian sepertinya Tuhan mendengarkan permintaan hatiku. Dia pertemukan jalan kita lagi, mungkin bukan untuk bersatu tapi untuk beriringan sampai saat ini. Aku sungguh bahagia tapi selalu diikuti rasa khawatir. Tak jarang aku merasa hatiku seperti kau gantung. Kau membuatku berpikir kita lebih dari teman biasa tapi kau tak juga menjadikanku seorang yang spesial dihatimu. Aku sering berkhayal tentang masa depan. Masa depan yang ingin kujalani hanya denganmu. Kamu dengan semua kelebihan dan kekuranganmu yang bisa membuatku jatuh cinta, dengan tulus tanpa syarat. Ketika hatiku sudah memilih, aku tak bisa mengganti pilihan itu meski ada banyak pilihan yang menawarkan segala macam kelebihan. Aku seperti tak peduli apapun kekuranganmu apapun keburukanmu aku selalu bisa menerimanya. Sejelek apapun kamu, sifatmu, sikapmu tak pernah bisa mengurangi perasaanku. Ratusan alasan yang mengharuskanku pergi tetap kalah dengan satu alasan yang membuatku tetap tinggal. Kau seperti punya magnet yang selalu menarikku kembali meski sering kucoba berlari. Dimataku kau seperti memiliki sesuatu yang tak mereka miliki yang membuatku selalu menatap kearahmu. Apapun keadaannya selalu kurang lengkap tanpa kehadiranmu. Aku tak paham kenapa kau berbeda dengan yang lain. Dan aku juga tak paham kenapa yang kurasakan berbeda saat bersamamu dan bersama dengan yang lain. Yang aku tahu aku merasakan kenyamanan yang hebat saat didekatmu. Aku melihat keteduhan dimata dan senyummu. Sungguh beruntung wanita yang menjadi teman hidupmu nanti. Aku hanya bisa mendo'akan yang terbaik untukmu. Dan membiarkan semuanya berjalan seperti ini. Seperti air dan minyak meski tak bisa bersatu setidaknya bisa berjalan beriringan. Sampai nanti, dunia kita akan bertemu atau kita akan menemukan dunia masing-masing. Untuk november tahun ini, ijinkan aku yang menemanimu meski hanya dari kejauhan.

Komentar

Baca Juga